
Suku Bugis di Kalimantan Barat
Suku Bugis merupakan salah satu kelompok etnis besar asal Sulawesi Selatan yang telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat. Keberadaan mereka di tanah Borneo memiliki sejarah panjang serta kontribusi yang signifikan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya setempat.
Sejarah Migrasi Suku Bugis
Migrasi suku Bugis ke Kalimantan Barat dimulai sejak abad ke-17. Faktor pendorong utama migrasi ini antara lain adalah:
- Ekonomi: Mencari penghidupan melalui perdagangan dan pelayaran.
- Politik: Konflik antar kerajaan di Sulawesi Selatan.
- Sosial dan Budaya: Tradisi merantau atau sompeq.
Sebagai pelaut ulung, orang Bugis dengan mudah menjelajahi wilayah pesisir Kalimantan melalui jalur laut.
Persebaran di Kalimantan Barat
Populasi Bugis tersebar di sejumlah kabupaten dan kota, seperti: Pontianak, Kubu Raya, Ketapang, Mempawah, Sambas, Singkawang, di daerah-daerah tersebut, komunitas Bugis aktif dalam sektor perdagangan, pertanian, dan kehidupan sosial masyarakat.
Bahasa Bugis
Bahasa ibu utama mereka adalah bahasa Bugis (disebut juga Basa Ugi), yang berasal dari Sulawesi Selatan. Di Kalimantan Barat, bahasa ini:
Masih digunakan secara aktif di lingkungan keluarga dan komunitas sesama Bugis. Memiliki berbagai dialek, tergantung asal leluhur (misalnya dialek Bone, Soppeng, Wajo). Dipertahankan dalam tradisi lisan, upacara adat, dan beberapa kesenian.
Bahasa Indonesia
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia digunakan secara luas oleh suku Bugis, terutama dalam:
Komunikasi antaretnis dan Pendidikan formal serta Urusan pemerintahan dan sosial kemasyarakatan. Bahasa Daerah Lain (Multilingualisme) Karena hidup berdampingan dengan suku-suku lain, sebagian suku Bugis juga menguasai Bahasa Melayu Kalimantan Barat, Bahasa Dayak lokal (khususnya bagi mereka yang menetap lama atau menikah dengan warga lokal) dan Bahasa Tionghoa (Hakka atau Teochew), dalam konteks perdagangan atau sosial di wilayah seperti Singkawang dan Pontianak
Agama
Mayoritas suku Bugis di Kalimantan Barat menganut agama Islam. Agama Islam telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dan kehidupan sosial masyarakat Bugis, baik di tanah asal mereka di Sulawesi Selatan maupun di perantauan seperti Kalimantan Barat.
Ciri Keagamaan Suku Bugis di Kalimantan Barat:
Aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti pengajian, majelis taklim, dan peringatan hari-hari besar Islam. Pembangunan masjid dan musholla merupakan prioritas dalam komunitas mereka. Adat Bugis yang berlandaskan nilai-nilai Islam masih dipraktikkan, terutama dalam pernikahan, kelahiran, dan kematian. Peran tokoh agama dan adat (seperti imam, ustaz, atau puang) sangat dihormati dalam komunitas. Meskipun Islam menjadi agama utama, suku Bugis dikenal dengan sikap toleransi tinggi dan mampu menjalin hubungan harmonis dengan etnis serta pemeluk agama lain di Kalimantan Barat, seperti Melayu, Dayak, dan Tionghoa.
Tradisi dan Kesenian
Beberapa warisan budaya yang masih dijaga antara lain:
- Pakaian adat seperti Baju Bodo
- Tarian tradisional Pakarena
- Upacara adat pernikahan seperti mappacci
Nilai Sosial
Nilai siri’ na pacce (harga diri dan solidaritas) sangat dijunjung tinggi dan menjadi pedoman hidup sehari-hari.
Mata Pencaharian
Perdagangan dan Kewirausahaan
Salah satu ciri khas masyarakat Bugis adalah jiwa dagang mereka. Banyak orang Bugis membuka toko kelontong, warung, hingga usaha skala besar seperti distributor barang kebutuhan pokok. Di kota-kota seperti Pontianak, Mempawah, dan Ketapang, komunitas Bugis mendominasi pasar-pasar tradisional maupun kios-kios strategis. Mereka juga aktif sebagai pedagang antarpulau, memanfaatkan jaringan dagang antarwilayah.
Perikanan dan Kelautan
Sebagai pelaut ulung, suku Bugis sangat andal dalam bidang perikanan. Nelayan tradisional dan modern. Pemilik kapal penangkap ikan. Pedagang hasil laut (ikan segar, udang, dll.). Banyak juga yang membuka tambak udang atau kolam ikan air tawar di daerah pesisir dan dataran rendah Kalimantan Barat.
Pertanian dan Perkebunan
Di daerah pedalaman dan pinggiran kota, suku Bugis mengelola: Sawah dan ladang (terutama di wilayah Ketapang dan Kubu Raya). Perkebunan sawit, baik sebagai buruh, pengelola plasma, maupun pemilik lahan. Kebun hortikultura (sayur, buah) secara mandiri atau kelompok tani. Mereka dikenal tekun dan cakap dalam mengelola lahan pertanian.
Transportasi dan Jasa
Banyak masyarakat Bugis yang bekerja sebagai: Supir angkutan umum atau ojek. Operator kapal dan perahu di jalur sungai. Tukang reparasi, teknisi, dan pemilik bengkel. Sektor jasa menjadi salah satu penopang ekonomi komunitas Bugis, terutama di wilayah perkotaan.
Profesi Modern dan Pemerintahan
Generasi muda Bugis banyak yang menempuh pendidikan tinggi dan bekerja sebagai: Guru, dosen, tenaga kesehatan, atau PNS. Pegawai swasta dan pengusaha digital. Tokoh agama atau tokoh masyarakat yang aktif di lembaga pemerintahan desa/kelurahan.
Integrasi Sosial
Kemampuan Berbaur dengan Etnis Lain: Di Kalimantan Barat, suku Bugis hidup berdampingan dengan berbagai etnis seperti Melayu, Dayak, Tionghoa, Madura, dan lain-lain. Mereka dikenal mudah bergaul, terbuka, dan toleran terhadap perbedaan budaya maupun agama. Hubungan antaretnis umumnya berlangsung harmonis, terutama di lingkungan perkampungan, pasar, dan tempat ibadah.
Perkawinan Antar Suku: Perkawinan campur antara suku Bugis dan etnis lokal cukup umum. Hal ini memperkuat ikatan sosial dan menciptakan keluarga multikultural, yang memperkaya nilai-nilai budaya lokal. Dalam banyak kasus, adat Bugis digabungkan dengan adat suku lain dalam upacara pernikahan sebagai bentuk penghormatan dan integrasi budaya.
Kehidupan Beragama yang Toleran: Meskipun mayoritas Bugis beragama Islam, mereka menjalin hubungan baik dengan pemeluk agama lain. Di banyak wilayah, mereka aktif dalam kegiatan lintas agama dan mendukung kerukunan beragama, terutama dalam perayaan hari besar keagamaan.
Partisipasi Sosial dan Politik: Masyarakat Bugis aktif dalam organisasi kemasyarakatan, seperti: RT/RW, karang taruna, dan organisasi pemuda. Ormas keagamaan dan budaya seperti BKMT dan KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan). Mereka juga mulai masuk dalam struktur pemerintahan, seperti menjadi kepala desa, anggota DPRD, dan pejabat daerah.
Adaptasi Budaya: Masyarakat Bugis mampu menjaga nilai-nilai budaya seperti siri’ na pacce (harga diri dan solidaritas), namun juga mengadopsi budaya lokal, seperti bahasa Melayu Kalbar, adat Dayak, dan tradisi masyarakat urban Kalimantan Barat. Mereka berkontribusi dalam acara bersama seperti gotong royong, festival budaya, dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Suku Bugis dikenal sebagai kelompok yang mudah berbaur dengan etnis lain seperti Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Perkawinan antar suku juga memperkuat hubungan sosial dan budaya lokal.
Kesimpulan
Suku Bugis telah menjadi bagian penting dari keragaman etnis di Kalimantan Barat. Dengan semangat kerja keras, solidaritas sosial, dan budaya yang kuat, mereka telah beradaptasi dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerah ini.