Apa itu Awan Komulonimbus (Comulonimbus/CB)

Awan tebal bernama comulonimbus
Awan tebal bernama comulonimbus

Apa itu Awan Komulonimbus (Comulonimbus/CB) -Awan Comulonimbus adalah awan yang terbentuk akibat dari ketidakstabilan atmosfer, Awan ini dapat terbentuk sendiri atau berkelompok, ataupun di sepanjang front dingin di garis squall. Awan Cumulonimbus ini menimbulkan kilat dan juga guntur, hingga hujan lebat, angin kencang, lebih-lagi hujan es. Kalau terbentuk menjadi supersel menyebabkan badai petir besar.

Ilustrasi Awan Comulonimbus yang sangat ditakutkan oleh dunia penerbangan
Ilustrasi Awan Comulonimbus yang sangat ditakutkan oleh dunia penerbangan

Awan Cumulonimbus ini berkomposisi awan padat dengan perkembangannya vertikal yang menjulang tinggi kelangit mirip seperti gunung ataupun menara. Bagian puncaknya berserabut, tampak berjalur hampir rata dan juga berbentuk mirip landasan yang dikenal selaku anvil head.

Awan Cumulonimbus ini terdiri dari tetesan-tetesan air di bagian bawah, sedangkan di bagian atas terdiri dari tetes-tetes salju ataupun kristal es. Adanya updraft dan juga downdraft yang memungkinkan terjadinya sirkulasi dan juga gesekan yang terjadi antara partikel-partikel awan didalamnya inilah yang menjadi sumber muatan listrik.

Apa yang terjadi jika Pesawat Menabrak Awan Comulonimbus?

Awan komulonimbus (comulonimbus/CB) kerap disebut sebagai “musuh” utama dalam dunia penerbangan. Masuk ke dalam awan ini akan berarti guncangan hebat dan diterpa hujan yang terparah berupa butiran es deras. Efek bagi pesawat yang masuk ke dalam CB adalah terjadinya gangguan terhadap instrumen pesawat hingga mesin mati.

Awan Cumulonimbus saat ini jadi awan yang sangat ditakuti pilot dan penumpangnya, sebab dari awan inilah bencana besar seperti tornaddo, puting beliung terjadi Awan ini terbentuk akibat ketidak stabilan atmosfir. Awan comulonimbus saat ini acap disebut sebagai awan pembunuh karena ia adalah satunya awan yang dapat menghasilkan muatan listrik atau menjadikannya seperti baterai raksasa di langit.

Pengalaman Pilot Pesawat Garuda Indonesia yang selamat dari Awan Comulonimbus

Abdul Rozaq menuturkan, pada waktu itu dia menerbangkan Boeing 737 dalam penerbangan dari Mataram ke Yogyakarta.

Ketika pesawat sudah mengarah ke Bandara Adisutjipto di Yogyakarta, ujar dia, pesawat tiba-tiba berhadapan dengan CB yang sangat besar.

“Jaraknya sudah sangat dekat, sangat sulit untuk menghindar. Kalau enggak salah, di sebelah kiri restricted area, kanannya gunung-gunung, jadi mau enggak mau harus masuk ke dalam awan CB,” kenang Rozaq.

Terguncang dan mesin mati

Begitu sudah berada di dalam CB, lanjut Rozaq, pesawat terguncang bahkan terpental-pental naik-turun hingga sejauh 500 kaki.

Prosedur penerbangan darurat pun lasung diaktifkannya, termasuk menyampaikan kepada penumpang untuk duduk dan mengenakan sabuk pengaman, serta berkoordinasi dengan menara pengatur lalu lintas udara (ATC) terdekat.

Namun, tak berselang lama sejak masuk ke dalam CB, mesin kedua di pesawat itu mati karena membeku terkena imbas CB.

Komunikasi dengan ATC pun terputus. Selama beberapa waktu, pesawat terbang tanpa kepastian dan tak tahu kondisi lalu lintas udara di sekitarnya.

“Kami restart mesin, tapi tidak berhasil. Co-pilot teriak mayday, mayday. Saat itu sudah pasrah dan berdoa saja. Kemungkinan terjelek, kami semua mati,” tutur Rozaq.

Mayday adalah kode yang menyatakan kondisi darurat dalam dunia transportasi internasional, terutama penerbangan.

Menurut Rozaq ketinggian pesawat juga sudah turun dari ketinggian jelajah 30.000 kaki menjadi 20.000 kaki dan sudah semakin dekat dengan Bandara Adisutjipto.

Perlahan pesawat melewati CB dan daratan mulai terlihat tetapi pesawat tak pada posisi bisa langsung mendarat di bandara tujuannya itu.

Dari semua pilihan yang membentang di depannya, Rozaq memutuskan mendarat di permukaan Sungai Bengawan Solo.

“Masih dengan tangan gemetar dan shock, saya coba memberi tahu petugas terdekat (dari lokasi pendaratan darurat),” kata dia.

Recommended For You

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *