Sejarah Garuda Indonesia Airways

“NYAK SADANG” salah satu tokoh Pembeli pesawat pertama Indonesia (Seulawah 001) atau GARUDA INDONESIA AIRWAYS yang masih hidup. Aceh, menyambangi kediaman salah seorang pelaku sejarah yang hingga detik ini masih menyimpan baik, bukti obligasi sebagai donatur pembelian pesawat Seulawah 001 / GARUDA INDONESIA AIRWAY. pesawat pertama sebagai cikal bakal berdirinya PT.GARUDA INDONESIA. Dikutip dari Facebook Ojid (08 Maret 2018) Nyak Sandang namanya, salah seorang warga Gampong Lhuet, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya yang kini berusia 91 tahun.

Sejarah Garuda Indonesia

Meskipun umur sudah sangat tua & penglihataan sudah gelap total Nyak Sandang punya ‘semangat 45’ dalam bercerita. Termasuk kisah bagaimana dulu ia bersama ribuan warga Kecamatan Lamno pergi ke lapangan Masjid Lamno untuk bertemu gubernur Aceh, Tgk. H. Daud Bere’euh, atau Ayah memanggilnya dengan sebutan Abu Daod.

Sejarah Garuda Indonesia Airways
Sejarah Garuda Indonesia Airways

GUBERNUR ACEH

Gubernur Aceh yang pertama tersebut datang ke Lamno setelah sebelumnya bertemu dengan Soekarno di Banda Aceh. Dihadapan kumpulan saudagar Aceh waktu itu, Soekarno dengan iba sambil bercucuran air mata meminta rakyat Aceh mau gotong royong menyumbangkan hartanya agar Indonesia bisa punya pesawat.

Mengingat saat itu, Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaannya, tentu pesawat menjadi armada yang sangat penting untuk berpergian atau berhubungan dengan luar negeri. Mengabarkan kepada dunia bahwa telah berdiri sebuah negara bernama Indonesia.

Hari itu tepat pukul sebelas siang tahun 1950. Tepat lima tahun setelah Indonesia merdeka. Masyarakat tumpah ruah di lapangan Masjid Lamno. Semua berdesak-desakan memenuhi lapangan. Nyak Sandang waktu itu masih berumur 23 tahun. Bersama kedua orang tuanya dan seluruh warga Lamno, mereka memenuhi lapangan masjid.

Abu Daod mulai berpidato. Bahwa beberapa waktu lalu Presiden Indonesia, Soekarno, datang berkunjung ke Kuta Raja (Banda Aceh-red). Soekarno menemui Abu Daod berikut beberapa saudagar Aceh di Hotel Kuta Raja (Samping Masjid Raya).

Soekarno dengan kerendahan hati meminta Abu Daod untuk menyerukan kepada seluruh rakyat Aceh agar menyisihkan sedikit hartanya untuk membeli pesawat. Saat itu, pemerintah Indonesia belum memiliki satu pesawat pun. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya ke Lamno, Abu Daod pun kembali ke Banda Aceh.

Hasil Penjualan Kebun Karet

Nyak Sandang menuturkan, orang tuanya menjual sepetak kebun yang di dalamnya terdapat 40 batang pohon kelapa seharga 100 perak. Uang hasil jual kebun senilai 100 perak tersebut, semuanya disumbangkan untuk donasi membeli pesawat.

Ketika Soekarno meminta sumbangan kepada rakyat Aceh, beliau berjanji dalam 40 tahun sumbangan tersebut akan dikembalikan. Namun takdir berkata lain, belum sempat janji tersebut ditunaikan. Posisi Soekarno sudah tergantikan dengan naiknya Soeharto sebagai presiden kedua Indonesia.

Hingga detik ini, Nyak Sandang masih menyimpan dengan rapi tanda penerimaan uang darinya kepada pemerintah Indonesia, yang memuat keterangan bahwa sumbangan tersebut berbentuk hutang pemerintah Indonesia kepada rakyat Aceh.

Nyak Sandang menuturkan bahwa dari dulu ia memang punya kebiasaan menyimpan semua barang-barang lama dengan rapi. Semua dokumen seperti ijazah sekolah, sertifikat, beliau simpan dengan sangat apik. Sayangnya ketika banjir besar beberapa waktu silam, semua dokumen tersebut raib dan hanya menyisakan beberapa dokumen saja. Salah satunya adalah bukti penerimaan hutang pembelian pesawat yang telah beliau pres sedemikian rupa.

Melihat besarnya pengorbanan atau jasa orang tua beliau kepada Indonesia. Lantas tim menanyakan apa yang diharapkan kepada pemerintah Indonesia, khususnya maskapai Garuda yang cikal-bakalnya adalah dari pesawat Seulawah 001 sumbangan rakyat Aceh.

Mendapati pertanyaan demikian, beliau tersenyum. Lalu menjawab bahwa beliau tidak mengharapkan apa-apa, pengorbanan orang tuanya, masyarakat gampong dan juga beliau kepada Pemerintah Indonesia mutlak atas dasar ikhlas ingin membangun negeri. Dengan kondisi kehidupannya sekarang yang bisa dibilang dalam kekurangan, Nyak Sandang tetap memegang prinsip untuk tidak pernah mengiba kepada siapa pun.

Kami berharap kepada Pemerintah Indonesia terutama PT. GARUDA INDONESIA agar bisa memberikan sedikit perhatian kepada Nyak Sandang, di sisa usianya.

Recommended For You

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *