Cara Budidaya Tanaman Sayur Kubis (KOL)

Cara Budidaya Tanaman Sayur Kubis (KOL)
Cara Budidaya Tanaman Sayur Kubis (KOL)

Cara Budidaya Tanaman Sayur Kubis (KOL) – Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala (capitata berarti “berkepala”). Kubis berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat, dianggap sebagai hasil pemuliaan terhadap kubis liar B. oleracea var. sylvestris.

Nama “kubis” diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti “kubis kepala”), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama “kol” diambil dari bahasa Belanda kool.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah kubis hemat pestisida ini tidak berbeda dengan pengolahan konvensional. Adapun pengerjaan pengolahan lahan tersebut antara lain tanah dibajak sedalam 20-30 cm, melakukan pembersihan dan pembuatan drainase yang baik, selanjutnya membuat garitan dangkal (+ 10 cm) sesuai dengan jarak antar baris dan diikuti pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam kubis. Pada barisan lubang tanaman harus disiapkan juga untuk penempatan pupuk dasar dan penanaman bibit kubis. Pemberian pupuk dasar berupa bokasi 2-3 ton/ha serta pupuk SP-36 280 kg/ha, KCl 50 kg/ha, Nitrogen/N (20 kg UREA ditambah 50 kg ZA) diberikan sebe-lum penanaman.

Penanaman

Pindah tanam bibit kubis dapat dilakukan pada pagi atau sore hari dengan persyaratan bibit tersebut telah melalui proses pembumbunan dengan kondisi tanah yang cukup lembab. Bibit kubis ditanam dengan jarak tanam 50 x 40 cm atau 50 x 50 cm. Penanaman secara tumpang sari antara tanaman tomat dengan kubis sangat dianjurkan karena dapat mengusir hama Plutella pada kubis. Tomat dapat ditanam satu bulan sebelum penanaman kubis.

Pemupukan

Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam dengan memberikan sisa pupuk N yaitu 20 kg/ha UREA ditambah 50 kg/ha ZA.

Pemupukan dilakukan dengan cara meletakkan pupuk pada lubang dekat tanaman dengan jarak 10 cm dari lubang tanam, selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Segera setelah pemupukan dilakukan pengairan.

Pengairan

Tanaman kubis sangat membutuhkan air yang cukup sehingga kegiatan pengairan sangat penting karena merupakan faktor yang kritis apabila terjadi kekurangan. Pada saat musim kemarau, pengairan dapat dilakukan dengan cara dileb dua kali seminggu. Sampai krop terbentuk yaitu pada umur + 60 hari.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma kubis dapat dilakukan saat tanaman mulai ditumbuhi gulma. Gulma yang ada dicabut sampai akarnya. Pada tanah yang jumlah gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida sebelum tanam. Adapun herbisida yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida, oksifluorfen dan lain-lain.

Cara Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit merupakan faktor terpenting dalam budidaya kubis ramah lingkungan. Hal ini disebabkan tujuan kegiatan ini adalah menghemat penggunaan pestisida dengan bertumpu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Adapun cara pengendalian beberapa hama dan penyakit kubis dengan konsep PHT dapat dilakukan sebagai berikut :

Untuk pengendalian hama ulat krop kubis yang disebabkan (Crocidolomia binotalis Zell) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (memusnahkan) telur, larva atau imago yang ditemukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3 paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut. Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan.

Pemilihan bahan aktif insektisida dilakukan dengan selektif dan yang efektif diantaranya Bacillus thuringiensis (Turex, Thuricide), sipermetrin (Cymbush), Klorfluazuron (Atabron), lufenuron (Match), Lamda sihalotrin (Matador), Protiofos (Tokuthion) dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan pestisida nabati atau biologi dengan dosis anjuran adalah: Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba 30 gr/liter.

Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan, sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat penggunaan pestisida 7 ? 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 ? 1cc/liter tiap penyemprotan.

Pengendalian penyakit

Pengendalian penyakit bengkak akar yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae yang ditandai daun-daun kubis layu, bila tanaman tersebut dicabut pada akarnya akan terlihat ada pembengkakkan. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

  1. penggunaan varietas tahan P. brassicae seperti 72754, G6-voloqod shajas, Zimjaja dan Winter.,
  2. perlakuan benih dengan pestisida nabati berupa ekstrak daun/umbi bawang putih (8%) selama 2 jam,
  3. tanah untuk persemaian menggunakan tanah dari luar daerah endemis atau tanah lapisan bawah (min. 40 cm) yang dikukus atau diberi fungisida,
  4. melakukan pengapuran dengan dolomit 2 ton/hektar dilakukan 15 hari sebelum tanam, (5) tanah diinokulasi dengan Gliogladium (Bio GL) dosis 11 cc/liter atau Glio kompos 1 kg/4 meter2 sehari sebelum tanam atau Dazomet 30-40 gram/m2 (200-267 gram/ha) 2 minggu sebelum tanam,
  5. mencabut tanaman muda yang terserang dan memusnahkannya kemudian
  6. memusnahkan segera sisa panen.

Pengendalian penyakit bercak daun Altenaria dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas (50oC) selama 15 menit, penggunaan jarak tanam yang agak lebar agar sirkulasi tanaman tidak terganggu, dan terakhir adalah penggunaan fungisida bila tanaman belum membentuk krop dan serangan lebih dari 10%. Dalam pengendalian hama dan penyakit kubis dengan pestisida harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

  1. melakukan penyemprotan setelah ambang kendali untuk masing-masing hama atau penyakit terlewati,
  2. pemilihan pestisida yang tepat dan efektif,
  3. tidak menggunakan oplosan dari beberapa bahan aktif pestisida yang berbeda,
  4. Melakukan penyemprotan secara bergantian agar hama dan penyakit tidak kebal,
  5. tidak mengurangi atau menambah takaran dari dosis yang dianjurkan,
  6. waktu dan frekwensi penyemprotan dilakukan secara tepat dimana waktu penyemprotan sebaiknya pagi sekali atau sore dengan frekwensi tidak dirapatkan karena dapat meninggalkan residu pada hasil panen dan hama penyakit menjadi kebal.

Peningkatan Mutu Hasil

Untuk memperoleh krop kubis yang baik, maka kubis harus dipanen tepat waktu. Kepadatan dan kekompakan digunakan sebagai penetapan saat panen. Biasanya kubis dipanen setelah umur 81-105 hari di pertanaman dan tergantung pada varietas yang ditanam. Panen yang terhambat akan menyebabkan krop pecah. Untuk penyemprotan sebaiknya tidak dilakukan lagi 2 minggu sebelum dipanen.

Keunggulan

Budidaya kubis ramah lingkungan selain bermanfaat bagi ekosistem, juga memberikan keuntungan secara ekonomis. Perhitungan analisis usahatani kubis dengan skala per hektar pada MP 1998/1999 dengan menggunakan tekhnologi rekomendasi dapat memberikan keuntungan Rp. 8.018.500,- dibandingkan usahatani konvensional. Keuntungan tersebut diperoleh dari hasil penghematan penggunaan pestisida.

Recommended For You

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *